24.3.16

Leicester City Adalah Cinderella Dalam Sepakbola

Pekan ke-12 Premier League ditandai dengan Leicester City yang menjadi sorotan ketika ia mengalahkan Watford di King Power Stadium dengan skor 2-1. Alasannya, karena sejak pekan pertama English Premier League (EPL) musim ini, mereka konsisten berada di papan atas klasemen. Di pekan ke-12 tersebut, mereka bahkan berada di peringkat 3 klasemen, hanya ada Manchester City dan Arsenal yang menghalangi mereka untuk menatap langit dengan jelas dari atas klasemen. Leicester City muncul dengan status sebagai tim underdog yang mampu bersaing dengan tim yang telah mapan dalam keuangan dan kualitas. Tentu saja, mereka menjadi pembicaraan banyak orang. Dan seperti halnya para underdog yang lain, segala pembicaraan tentang mereka adalah soal keraguan. Dan dari keraguan tersebut menganggap, bahwa Leicester City hanya akan menjadi kejutan awal musim. Yang nasibnya diprediksi hanya akan seumur jagung. Karena saya tidak tahu pasti sampai berapa umur jagung, mungkin pengandaian yang lebih mudah dimengerti adalah seumur karir Briptu Norman Kamaru di dunia hiburan. Ya kira-kira hanya sepanjang lagu Chaiya-Chaiya yang cuma itu sering ia bawakan di banyak tempat. Keraguan itu datang dengan vonis yang cukup keji, bahwa performa Leicester City akan melempem mulai pekan depan, dan seperti takdir yang telah menjadi suratan, mereka akan berjuang hingga akhir musim untuk dapat menghindari degradasi. Namun tampaknya Leicester City telah menyiapkan jawaban atas keraguan tersebut, mereka menjawabnya mengalahkan Newcastle United 3 gol tanpa balas pada pekan berikutnya, dan pada pekan ke-13 English Premier League, Leicester City memuncaki klasemen. Hingga rasanya, Presiden Joko Widodo tampak perlu menggelar rapat terbatas untuk membahas kegaduhan yang mereka perbuat.


Menjadi pemuncak klasemen tidak lantas menghilangkan keraguan atas performa Leicester City. Vonisnya tetap sama keji, mereka akan melempem mulai pekan berikutnya hingga berjuang untuk dapat lolos dari zona degradasi. Tapi nampaknya keraguan tersebut bisa dimaklumi karena pada pekan ke-13 di musim lalu, Leicester City hanya berada di posisi buncit klasemen. Maka ketika musim berikutnya mereka menancapkan bendera mereka di puncak klasemen EPL, banyak yang berharap bahwa ini hanya mimpi, atau lelucon April Mop, sambil berdoa sepenuh hati agar mereka akan kembali ke takdir mereka sebagai tim semenjana.

Memang musim ini pencapaian Leicester City adalah sebuah penyimpangan. Karena jika dilihat dari materi pemain Leicester City, mereka tidak istimewa. Pemain termahalnya, Leonardo Ulloa dan Shinji Okazaki hanya bernilai 10 dan 7 juta poundsterling, itupun kontribusinya di tim hanya sebagai pelapis Jamie Vardy dan Riyad Mahrez, yang performanya ajaib musim ini. Jamie Vardy dan Riyad Mahrez sendiri secara total hanya bernilai kurang dari 1.5 juta poundsterling, bahkan Riyad Mahrez hanya bernilai 400 ribu poundsterling saat diboyong dari Le Havre, klub Ligue 2 Prancis. Melihat kontribusinya bersama Leicester City musim ini di EPL, 400 ribu poundsterling merupakan harga yang sangat murah, yang membuat saya jadi curiga tim negosiasi Leicester City direkrut dari ibu-ibu yang biasa menawar di Pasar Induk. Karena bayangkan saja Manchester City yang mengeluarkan 50 juta poundsterling untuk Raheem Sterling seorang. Jikalau boleh mengulang waktu, andai saja di awal musim lalu Sheikh Mansour bin Zeyed Al Nahyan, pemilik Manchester City, melaksanakan sholat istiqoroh sebelum membeli Raheem Sterling dan Allah memberi petunjuk untuk Manchester City, bagaimana caranya menggunakan 50 juta poundstreling dengan baik dan bijak, mungkin keputusan yang mereka ambil saat itu adalah membeli seluruh punggawa Leicester City lengkap dengan pelapisnya yang hanya bernilai kurang dari dari 30 juta poundsterling. Masih lebih 20 juta poundsterling yang dapat digunakan untuk memberangkatkan haji kedua orang tua dari para pemain. Sehingga, mereka dapat menggunakan uang tersebut sebaik-baiknya untuk kepentingan duniawi dan juga akhirat, dan tetap memuncaki klasemen dengan rahmat dan karunia Allah. Tapi Sheikh Mansour kelewat salah mengambil keputusan, 50 juta poundsterling untuk Raheem Sterling seorang diri adalah kemudharatan, kemubaziran dan lagi sebuah praktik mark up besar-besaran yang luar biasa ceroboh yang pernah dilakukan umat manusia. Saya masih heran belum ada satupun petisi di change.org yang dibuat untuk mendorong Parlemen Inggris membentuk pansus untuk menyelidiki praktik mark up tersebut.

1.9.15

Tentang Film Untuk Saya Dan Hal Lainnya

Salah satu impian saya, suatu saat nanti saya ingin membuat film. saya tidak peduli baik atau buruknya tentang kualitas film buatan saya nanti, saya hanya ingin memroyeksikan apa yang ada dalam kepala saya, ke dalam bentuk yang dapat dinikmati orang lain. Kalau nantinya film saya bagus, berarti isi otak saya memang bagus bagus, kalau filmnya tidak bagus, berarti selera anda belum cukup untuk menikmatinya. Sesederhana itu, hehe.

Keinginan saya itu tentu berdasar dari hobby saya, menonton film tentu. saya dikenalkan dengan film sewaktu kecil oleh orang tua saya. Waktu itu, ketika akhir pekan, kami sering sekali pergi ke mall untuk menonton film. Dulu bahkan, sewaktu film Harry Potter pertama tayang di bioskop, kami datang pagi-pagi hanya untuk mngantre di depan bioskop yang belum buka, hanya untuk mngejar menontonnya. Ayah saya memang suka film. Konon katanya, dia bahkan pernah pergi sampai ke negeri seberang karena waktu itu ada film yang tidak ditayangkan di Indonesia, tapi ditayangkan di negeri sebrang, sekalian jalan-jalan katanya. Bodoh memang, ngapain sih jauh jauh ke sana, nanti download juga bisa, eh tapi kayanya waktu itu belum ada, nonton juga masih pakai vcr atau laser disc. Kalau mama saya tidak tahu dia suka film apa tidak, tapi dulu kalau nonton film saya sering ditemanin mama, dan dia tampaknya menikmati saja.

Kalau saya rasanya juga menonton segala jenis film. Dulu sewaktu kecil saya suka menonton film anak-anak, yang sesuai umur, lagipula tidak mungkin orang tua saya mengajak saya menonton film selain anak-anak. Ketika remaja rasanya saya suka menonton film drama romantis, menjijikan, karena sekarang saya tidak pernah lagi menonton film dengan genre itu. Dulu mungkin saya suka karena lucu, tapi sekarang jadi males nontonnya karena, karena apa ya, karena membuat saya jadi iri, hahaha. Genre film lain yang dahulu saya suka tonton, tapi sekarang tidak, salah satunya adalah horror. Dulu saya suka horror, karena banyak yang suka horror juga, apalagi dulu film Jelangkung rasanya jadi film yang harus ditonton pada jamannya. Dan berkat kesuksesan Jelangkung, jadi banyak sekali film Indonesia yang mengambil genre itu, jadi ya nonton horror aja lagi. Tapi sekarang sudah malas nonton film horror, saya males dikaget-kagetin, tanpa cerita yang jelas. Sewaktu kuliah, referensi tontonan film saya lebih luas, berkat internet dan saran dari teman yang juga suka nonton film, saya menonton banyak sekali film pada masa ini. Saya sering menonton banyak film sewaktu kuliah, mungkin karena waktu kosong saya yang banyak sekali, jadi tinggal download banyak film dan menontonnya di kamar, hehe.

8.6.14

Marhaban Ya Koub Aalam

Marhaban Yaa Koub Aalam. Sebuah kalimat bahasa Arab yang terdengar tidak begitu asing, karena itu saya buat merujuk terhadap salam terhadap datangnya bulan puasa, bulan ramadhan, Marhaban Yaa ramadhan. Yang saya ganti kata terakhir dalam kalimat tersebut menjadi Koub Aalam, translasi asal-asalan yang saya buat menggunakan google translation saja.

Ya, saya gabungkan karena keduanya terjadi beririsan. Di bulan Juni-Juni 2014 ini, yang kebetulan juga bertepatan dengan diadakannya Pemilihan Umum Presiden Periode 2014-2019 tanggal 9 Juli nanti.

Pemilihan Umum Presiden 2014 memang memiliki hype yang sangat luar biasa. Saya katakan begitu karena gaungya sudah mulai terasa sekitar lebih dari setahun yang lalu. Ditambah lagi latar belakan capres yang bisa di bilang kontroversi untuk satu ataupun lainnya. Dengan jumlah pasangan capres yang hanya 2 pasang, saya berasa hidup di medan perang. Dengan roket yang lalu lalang, dentuman molotov di sana sini, tepat seperti gambaran hidup saya sedari pagi. Dengan isu-isu yang di lempar seperti roket yang saling menyerang lawan, hingga bom yang seperti meledak di wilayah sendiri.

Ini terjadi di hampir setiap aspek kehidupan, saya rasa. Awalnya mungkin terasa gegap gempita tapi sampai saat saya menulis ini, terasa sangat hambar, membosankan, dan sangat memuakkan. Komentar-komentar mengagungkan atau menjatuhkan calon terasa kental silih berganti. Yang membuat hambar, bosan dan muak adalah komentar komentar dari mereka yang terkesan absurd, abstrak, dan ngawur kalau saya boleh bilang. Seakan melegitimasi pemahamannya tentang suatu calon atas dasar dari sekelebat info yang mereka baru dapat.

Seperti halnya saat saya mendapat broadcast message dari seorang kerabat yang bertajuk "Kebenaran telah terungkap bla bla bla" yang berisi informasi bahwa salah seorang calon merupakan keturunan Tiongkok dengan agama Kristen lengkap dengan ayat-ayat suci dari kitab suci dan beberapa kalimat Istighfar : Astagfirullahaladzim. Saya bukan pendukung Jokowi, sekali lagi saya bukan pendukung Jokowi, tapi kalau maksud dari broadcast message yang belum tentu benar tersebut untuk mengarahkan pemilih kepada salah satu calon yang lain, menurut saya adalah keterlaluan. Karena calon yang satunya justru malah memiliki latar belakang keluarga yang berbeda agama, dan itu merupakan fakta yang bisa kau dapat dengan mudah, namun tidak kau broadcast, sedangkan yang apa yang kau dapati lebih menjurus ke kebohongan. Lagipula, apa salahnya memiliki keyakinan dan latar belakang yang berbeda?. Dan yang lebih parah adalah ketika banyak sekali orang-orang yang percaya pada informasi sekelebat yang mereka dapat begitu.

7.4.13

Wawancara Imajiner Dengan Mas Alie

Beberapa minggu yang lalu, saat langit tiba-tiba berwarna ke unguan, tiba tiba datang seorang kawan lama. Kawan lama yang saya maksud adalah kawan lama saya dari planet Kudakudadalamperahu, yang telah sukses bekerja sebagai jurnalis lepas bidang kriminal antar jagad raya di harian Kudakularigagahberani Times. Saya biasa memanggilnya Alie, Alien Anak Jalanan Korban Kemunafikkan nama panjangnya, yah, kita sebut saja Alie. Perihal kedatangannya yang tiba-tiba dan mengagetkan saya adalah karena ia mendapatkan tugas dari atasannya, bapak Safi'idol Snowman, untuk mewawancara penghuni planet Bumi, yang baru di wisuda, yaitu saya. Maka inilah petikan wawancara saya dengan Alie tersebut.


Alie  : Selamat Pagi mas, apa kabar?
Saya : Assalamualaikum, kabar baik, Alhamdullillah.