20.5.11

Merindukan Era Lama

Sekarang bulan Mei. Apa yang terbesit di pikiran anda tentang bulan mei?. Saya, tragedi Mei 98.

Tragedi Mei 98, kejadian yang begitu melekat di sejarah Indonesia menurut pendapat pribadi saya. Kerusauhan yang terjadi, penjarahan, pembunuhan, pemerkosaan yang dilakukan sebagai akibat dari krisis finansial dan juga tragedi pembunuhan mahasiswa Trisakti, yang katanya juga merupakan Tragedi rekayasa seorang jendral yang haus kuasa, yang nyatanya sekarang mencalonkan diri sebagai penguasa bangsa, ironis.

Tragedi 98, tragedi yang terjadi akibat keserakahan tirani Soeharto. Kemuakkan rakyat padanya membuat Mei 98 begitu bergelora menggulingkan era dari sang Smailing General. Saya yang walau waktu itu masih berumur 8 tahun, mengingat jelas peristiwa yang terjadi yang saya lihat dan baca di televisi. Kerabat saya menjadi korban, mobil kijangnya di bakar masa hanya karena beliau sedang mengikuti rapat di sebuah hotel yang di kira di miliki oleh ibu Tut, anak dari sang penguasa, musuh no.1 saat itu. Papa mama saya tak berani keluar rumah untuk bekerja, mungkin berlebihan, tapi keselamatan menjadi taruhan waktu itu.

Hingga akhirnya, tuntutan dikabulkan, Jendral Soeharto mengundurkan diri dan BJ Habibie, maju menggantikannya. Peristiwa itu, masih lekat dalam pikiran saya yang melihatnya sewaktu berumur 8 tahun. Peristiwa yang jelas buah dari ketamakkan sang penguasa.

13 tahun berselang, di tahun 2011, lewat sebuah survey , di ketahui, ternyata masyarakat masih menyimpan rasa rindu terhadap Soeharto, yang di anggap lebih baik ketimbang pemerintahan sekarang. Tidak mengejutkan, karena nyatanya, kerabat saya juga berpendapat demikian, malahan membelanya mati-matian.

Saya memang hanya seorang pemuda yang lahir pada periode tahun 90 an, periode yang faktanya belum merasakan utuh era orde baru Soeharto yang berumur 32 tahun. Yang membuat saya harusnya tidak bisa begitu banyak berceloteh tentang kegagalan yang di lakukannya, karena memang saya tidak mengalaminya, Namun, saya mengikuti betul sosok Soeharto, membaca fakta tentang dirinya, mengetahui keserakahan eranya, saya merasa miris melihat sekarang masyarakat justru mengidolakannya, dan bahkan menganggapnya pahlawan, dan kebanyakan dari periode kelahiran saya, periode 90 an. Karenanya, mungkin saya harus membahasnya, agar sekedar tahu saja, bahwa nyatanya, pemerintahan sekarang "agak" lebih baik di banding era orde baru, paling tidak dari beberapa aspek.

***

Keadaan ekonomi sekarang, banyak rakyat kelaparan, harga kebutuhan pokok yang malambung tinggi, harga bahan bakar yang meroket. Mungkin hal tersebut di anggap sebagai faktor anggapan era Soeharto lebih baik dari era reformasi. Memang harus di akui, era Soeharto terasa lebih "sejahtera", bahan pokok tersedia melimpah dengan harga yang murah, bahan bakar sangat murah. Tapi benarkah sesejahtera itu?, perlu di ketahui, era kepemimpinan otoriter Soeharto selama 32 tahun telah mendapatkan dana yang besar dari berbagai sumber yang sifatnya sebagai pinjaman. Artinya, "kesejahteraan" yang di rasakan hanyalah bersifat semu. ekonomi yang stabil akibat dana pinjaman yang jumlahnya sangat besar, BBM murah karena di subsidi besar, kebutuhan pokok murah karena subsidi terlalu besar, dan subsidi lainnya yang semuanya nyatanya dari hasil pinjaman yang malah membuat diri kita menjadi terbuai dengan "subsidi' yang akhirnya mencekek leher kita sendiri karena "ketagihan". Dan semua tahu, setiap utang memiliki jangka waktu tertentu, dan seperti memasang bom waktu, 98 adalah ledakan dahsyatnya, ketika kita di sadari dari mimpi indah panjang kita, bahwa kenyataan begitu pahit. Mungkin ilustrasi mudahnya seperti membayangkan sebuah kartu kredit, kita beli semua apa yang kita mau, mensejahterakan diri kita, membeli segala hal, cukup dengan menggesek saja, sampai akhirnya waktu penagihan, kita yang terbuai dengan barang yang kita beli akan kaget begitu melihat tagihan yang ternyata berbunga-bunga, dan mengharuskan kita membayarnya, waktu penagihan dalam kartu kredit di ilustrasi ini adalah 1998, ketika kita di sadarkan akan hutan yang begitu besar, bahkan sampai saat inipun belum lunas. Mungkin benar kata seseorang, " dulu makmur karena hutang, sekarang miskin karena bayar hutang"

Faktor lain mungkin masakah keamana, membandingkan keadaan sekarang yang sepertinya tidak terkendali, yang era Soeharto dulu tidak terjadi. Tapi, coba di telaah lagi, mungkin memang sekarang menjadi bebas, tapi itulah demokrasi yang kita inginkan kan? walau menurut saya, pemerintah harusnya lebih sigap menyikapi persoalan masyarakat sekarang. Tetapi, kebebasan sekarang tentu lebih manusiawi di bandingkan keamanan yang di tawarkan oleh era Soeharto, yang lagi-lagi semu. Di era Soeharto, mungkin kita akrab dengan istilah petrus, bukan rasul dari ajaran Kristen, melainkan penembak misterius. Ya, di era Soeharto, siapapun yang di anggap "musuh" pemerintahan, sekejap di binasakan, ya, di tembak mati, atau tiba-tiba hilang, itukah keadaan yang kita inginkan? saya, tentu tidak. Walaupun sekarang juga belum baik, tapi jauh lebih baik ketimbang era pembungkaman paksa.

Belum lagi perentahan yang tidak transparan, dimana partai penguasa dipastikan menang. Bibit korupsi yang di tanam. Pembantaian yang di lakukan. Saya pasti tidak akan pernah mau membayar kesejahteraan semu dengan kebebasan.

Pertanyaan yang muncul selanjutnya, masihkah kita mengidolakannya, menjadikannya pahlawan? seorang penjahat tamak yang haus kekuasaan. Saya, tentu tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar